Antibiotik untuk Infeksi Paru Picu Gangguan Pendengaran
Antibiotik merupakan salah satu jenis obat yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri, seperti infeksi paru. Namun, ternyata sering mengonsumsi antibiotik dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.
Sebuah penelitian dari Oregon Health adn Science University, Amerika Serikat, mengungkapkan beberapa dampak negatif tersebut, yaitu dapat meningkatkan risiko gangguan pendengaran permanen serta kerusakan ginjal.
Para peneliti melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengatasi penggunaan antibiotik aminoglikosida, kelas obat yang mencakup kanamisin, gentamisin dan amikasin. Obat ini digunakan untuk menghentikan infeksi bakteri pada paru-paru, seperti TBC.
Pada pasien yang baru menggunakannya, antibiotik untuk infeksi paru picu gangguan pendengaran hingga 20%. Bahkan jika obat ini digunakan selama beberapa bulan dan tahun, gangguan pendengaran bisa mencapai 100%.
Seorang profesor kimia biologi dan THT di Kresge Hearing Research Institute, Jochen Schacht, Ph.D., telah menghabiskan waktu puluhan tahun untuk mempelajari mengapa kelas obat tersebut menyebabakn kerusakan telinga atau ototoxicity.
Akibat adanya efek samping tersebut membuat dokter rabu-rabu untuk meresepkan obat-obatan tersebut kepada pasien. Selain itu, kerusakan pendengaran juga membuat pasien menghentikan pengobatan sebelum resep antibiotik selesai, hal ini berisiko terhadap kebalnya bakteri terhadap pengobatan.
Schacht telah menemukan bahwa obat-obatan tersebut memproduksi radiklal bebas yang merusak sel rambut ditelinga bagian dalam. Sel rambut tersebutlah yang peka terhadap sinyal suara dan sekalinya rusak, maka sel rambut tersebut tidak dapat tumbuh kembali.
Menurut Schacht, meskipun aminoglikosida merupakan jenis antibiotik yang berharga dan obat-obatan yang sangat diperlukan, namun perlu ada jenis antibiotik baru yang dapat mengurangi bakteri yang telah resisten terhadap obat.
Kini para peneliti tengah mengembangkan pendekatan baru untuk merancanga ntibiotik yang dapat membunuh bakteri super tersebut tanpa membahayakan sel rambut sensorik halus pada telinga bagian dalam. Sehingga diperlukan hipotesis baru yang memungkinkan untuk merancang obat antibakteri dan memperhatikan dampaknya pada sel rambut. Dengan cara ini, para peneliti mencoba untuk menghindari menciptakan antibiotik yang berbahaya bagi pendengaran.
Disamping itu, tim peneliti berharap untuk meluncurkan percobaan klinis dari apramycin, antibiotik yang terbukti mengatasi bakteri penyebab infeksi paru-paru tanpa meninggalkan efek samping.
Sebuah tim dari Swiss, Inggris, dan University of Michigan telah menunjukkan kemampuan apramycin melalui berbagai tes pada hewan. Hal ini dipublikasikan secara online dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Science.
Selain itu, Schacht juga telah memimpin uji klinis di Cina yang menunjukkan penurunan besar dalam gangguan pendengaran jika aspirin diberikan pada saat yang sama dengan antibiotik aminoglikosida. Penelitian lebih lanjut mengenai antibiotik ini sangat diperlukan untuk mengetahui berbagai dampak dan kemungkinan yang terjadi akibat konsumsi obat tersebut.
By Sri Maryati - Kesehatan Jum'at, 09 Juni 2017 11:15:07