Fakta Seputar Penyakit Hemofilia yang Harus Diketahui
Hemofilia merupakan penyakit yang berhubungan dengan gangguan darah. Orang yang menderita penyakit ini akan mengalami banyak gal yang dapat membuatnya merasa tidak nyaman.
Penderita hemofilia seringkali mengalami kecemasan dan depresi yang disebabkan oleh kondisi yang mereka alami. Bahkan, tidak sedikit mitos dan fakta mengelilingi mereka yang akhirnya membuat mereka semakin depresi. Namun, walaupun begitu, penderita hemofilia nyatanya tetap bisa menjalankan aktivitas normal seperti biasanya meskipun harus mendapatkan penanganan hemofilia berupa suntikan faktor VIII dan IX.
Agar tidak terjebak dengan mitos-mitos mengenai penyakit hemofilia yang belum diketahui kebenarannya, alangkah baiknya Anda ketahui terlebih dahulu berbagai fakta seputar penyakit hemofilia berikut ini :
Sudah ada sejak abad ke- 19
Hemofilia disebut penyakit tua dan kerajaan. Hal ini disebabkan karena sejak abad ke- 19 dan abad ke- 20 banyak keluarga kerajaan Eropa yang menderita penyakit ini.
Penyebab
Hemofilia disebabkan oleh protein yang hilang dalam tubuh. Padahal, protein bertanggungjawab untuk membekukan darah secara normal.
Banyak dialami pria
Sebagian besar penderita hemofilia adalah laki-laki. Dalam hal ini, perempuan hanya bersifat sebagai pembawa dan penerus gen hemofilia.
Genetik
Hemofilia merupakan penyakit genetik atau diturunkan dari orangtua, sehingga sudah terbentuk sejak seseorang dilahirkan. Hemofilia bukanlah penyakit menular. Kendati demikian, sekitar 30% penderita penyakit tidak memiliki riwayat keluarga yang mengalami hemofilia. Hal tersebut terjadi akibat mutasi genetika yang hingga saat ini belum diketahui penyebabnya.
Dua jenis
Diketahui terdapat 2 jenis penyakit hemofilia, yaitu tipe A atau hemofilia klasik yang terjadi karena kekurangan faktor VIII pembekuan darah serta tipe B yang terjadi akibat kekurangan faktor IX.
Tipe A ditemukan lebih banyak dibandingkan dengan tipe B, yaitu sekitar 80-85% dari total penderita hemofilia. Dokter biasanya akan memperkirakan tipe A terlebih dahulu karena jumlahnya paling banyak. Jika tidak berhasil, maka akan beralih ke tipe B. Namun, baik tipe A ataupun B memiliki tingkat keparahan yang sama.
Dikira terkena AIDS
Penderita hemofilia banyak yang menganggap dirinya mengalami penyakit AIDS. Karena mereka merasa perlu banyak darah dan mentransfer plasma.
Perlu transfusi darah
Berbeda dengan penyakit ginjal, transfusi yang dilakukan oleh penderita hemofilia hanya menggunakan plasma darah. Transfusi plasma untuk penderita hemofilia diproses secara khusus. Maka dari itu, biaya yang diperlukan cukup mahal karena risiko pembentukan inhibitor (antibodi).
Data World Federation of Hemophilia menunjukkan, sekitar 15-25% penderita hemofilia secara lambat laun akan membetuk antibodi terhadap pengobatannya. Disisi lain, 3.500 penyandang hemofilia memiliki inhibitor sehingga menghambat kinerja faktor VIII dan IX.
Belum ada obatnya
Para peneliti di seluruh dunia bekerja untuk menemukan obat permanen yang dapat menyembuhkan hemofilia. Namun hal tersebut belum terbukti, hanya saja penderita minum obat untuk mengontrol gejala hemofilia yang timbul.
By Sri Maryati - Kesehatan Jum'at, 15 September 2017 14:30:54