Apa Benar Yoghurt Bisa Bantu Kurangi Gejala Depresi?
Gangguan kecemasan, seperti depresi memang kini masih jadi perbincangan publik. Terlebih lagi, depresi merupakan pemicu salah satu artis Korea Selatan, Jonghyun SHINee bunuh diri. Banyak yang bertanya-tanya alasan mengapa pria yang terkesan bisa alami depresi. Namun, siapapun itu, baik pria ataupun wanita memang bisa mengalami depresi.
Depresi merupakan salah satu gangguan mental yang sering ditemukan dan gejala yang ditimbulkan menyebabkan terjadinya gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Sebagian besar gangguan mental terjadi akibat adanya interaksi faktor biologis, psikis, dan sosial.
Saat ini depresi ditangani dengan kombinasi psikoterapi dan obat-obatan. Kombinasi dua terapi ini memberikan respons yang lebih baik dan bertahan lebih lama. Selain itu, ternyata ada pula bebera jenis makanan yang dikenal sebagai mood-boosting atau mood-stabilizing yang dapat membantu memperbaiki kondisi mood penderita depresi, salah satunya seperti yoghurt.
Apa benar yoghurt bisa bantu kurangi gejala depresi ?
Adanya perubahan bakteri baik dalam usus diduga dapat menimbulkan kelainan metabolisme seseorang. Perubahan mikrobiota ini juga disebutkan bisa menimbulkan gangguan pada otak, salah satunya adalah timbulnya gangguan mood. Namun, diketahui jika minuman fermentasi atau yoghurt bisa bantu kurangi gejala depresi.
Sebuah penelitain menunjukkan gejala depresi timbul setelah jumlah Lactobacillus (salah satu bakteri baik di usus) berkurang. Dengan perbaikan jumlah bakteri tersebut, maka gejala depresi akan menghilang dan mood kembali normal.
Sebuah penelitain menyebutkan bahwa bakteri yang terkandung didalam yoghurt dapat menangkal gejlaa-gejala depresi. Para peneliti yang menginduksi perilakuk seperti depresi pada tikus percobaan berhasil menurunkannya dengan memberi makan lactobacillus.
Jumlah bakteri didalam usus diketahui dapat memengaruhi kynurenine yang terbukti dapat memicu depresi. Peneliti asam Amerika Serikat, Dr. Alban Gaultier merasa optimis hasil penelitian ini dapat diaplikasikan pada manusia dan bisa membuka jalan untuk menemukan strategi dalam mengatasi kecemasan.
"Harapan besar dari penelitian semacam ini adalah kita tidak lagi harus terganggu dengan obat-obatan yang rumit serta efek samping ketika kita hanya perlu bermain dengan mikrobiome. Akan menjadi suatu yang ajaib bila kita hanya perlu mengubah apa yang dimakan untuk memperbaiki kesehatan dan mood," ujar Dr. Gaultier seperti dikutip The Sun.
Dr. Gaultier menjelaskan depresi sebagai masalah yang sangat besar dan penanganannya tidak begitu baik, karena memiliki efek samping yang besar.
Peran mikrobiome usus, bakteri yang hidup di tubuh, telah menarik minat para peneliti dalam melakukan riset terhadap depresi dan kondisi kesehatan lainnya, baik mental dan fisik. Kemudian ia dan rekan-rekannya melakukan penelitian untuk menemukan hubungan nyata atara depresi dengan kesehatan usus.
Ia menjelaskan, ketika stres, Anda akan meningkatkan risiko mengatasi depresi, dan hal ini sudah diketahui sejak lama. Satu tekanan dari Lactobacillus dapat memengaruhi mood.
Para peneliti melanjutkan riset untuk menentukan bagaimana lactobacillus dapat memengaruhi depresi. Berdasarkan penemuan baru ini yang diterbitkan secara daring oleh jurnal Scientific Reports, Dr. Gaultier berencana untuk memulai penelitian akan efeknya pada manusia.
Tetapi, Anda tidak boleh sembarangan meminum yoghurt. Pilihlah yoghurt yang masih mengandung lactobacillus aktif. Walaupun begitu, Anda harus tetap melakukan pengobatan psikoterapi dan terapi dengan obat-obatan juga mungkin tetap perlu diberikan.
By Sri Maryati - Kesehatan Senin, 25 Desember 2017 15:50:53