Anak Sering Berteriak ? Hadapi dengan Cara Berikut Ini !
Pada saat anak memasuki usia 1-1,5 tahun, mungkin Anda pernah mendengar dia sering berteriak, terutama saat keinginannya tidak dipenuhi. Bertariak menjadi salah satu kebiasaan buruk bagi anak. Hal ini terkadang membuat orangtua khawatir sekaligus jengkel. Terlebih lagi jika anak sering berteriak-teriak seperti orang marah kepada teman-temannya dan bahkan ditujukan pada orang dewasa. Tentu hal ini juga bisa membuat orangtua malu.
Berteriak menjadi agak mengganggu ketika ia senang berkomunikasi dengan cara ini. Padahal, sangat penting baginya untuk mengenal sopan santun dalam berbicara dengan orang lain. Pada akhirnya orangtua melihat sikap anak ini sebagai sifat membangkang dan tidak menuruti apa yang orangtua katakan.
Lalu, apa yang harus dilakukan jika anak sering berteriak ?
Sesuai dengan tahapan perkembangannya, berteriak pada usia batita merupakan suatu hal yang masih dianggap normal, sejauh hal ini tidak berlangsung terus menerus. Diharapkan dengan bertambahnya usia, meningkatnya kemampuan komuniasi dan kemampuan anak melakukan aktivitas-aktivitas lain, maka kebiasaan anak berteriak juga semakin berkurang.
Suatu teriakan yang bisa dianggap tidak normal, jika teriakan selalu dijadikan sebagai alat untuk mendapatkan perhatian terus-menerus dari lingkungan sekitarnya sehingga membuat orang lain merasa tidak nyaman. Misalnya selalu berteriak padahal lawan bicaranya tidak jauh darinya, selalu berteriak setiap kali menginginkan sesuatu, dan sebagainya.
Namun, Anda tidak perlu khawatir, karena ada beberapa cara menghadapi anak sering berteriak yang bisa dilakukan, dinataranya seperti :
- Jangan dibalas dengan amarah
Pastinya orangtua tidak langsung memarahi anak ketika ia gagal melakukan sesuatu. Begitu juga dalam menghadapi kebiasaan buruk anak termasuk anak yang senang berteriak. Untuk mengatasinya, Anda hanya paerlu menenangkan diri. Saat ia berteriak-teriak bawalah ke tempat yang tenang. Penjelasan akan membantunya memahami mengapa ia tidak boleh berteriak-teriak. Sebaiknya, Anda juga tidak perlu membalasnya dnegan teriakan, karena itu akan menjadi contoh yang salah.
- Ajarkan perilaku positif
Ketika mengarahkan anak tentang suatu hal, sebaiknya gunakanlah berbagai cara dan alasan yang positif. Hukuman bukanlah jalan keluar yang baik dalam mendidik anak, justru hal ini berpotensi membuat sifat anak menjadi lebih keras dan cenderung meniru. Misalnya saja ia diberi hukuman karena tidak bisa mengerjakan suatu hal dengan baik, maka ia akan melakukan hal yang sama pada temannya.
- Bantu anak mengungkapkan apa yang diinginkan
Berteriak bisa menjadi salah satu cara yang dilakukan anak untuk mengungkapkan emosinya. Terkadang mereka hanya bingung bagaimana cara menyampaikan apa yang mereka rasakan atau inginkan. Hal yang perlu dilakukan adalah mengajarkan anak bagaimana mengekspresikan diri dengan benar tanpa menunjukkan perilaku buruk. Para orangtua disarankan untuk menjelaskan pada anak mengapa ia tidak boleh melakukan hal tersebut dibandingkan dengan mengatakan "jangan lakukan itu!".
- Memberi bantuan tanpa merendahkannya
Daripada dibalas dengan teriakan, sebaiknya gunakan nada yang lembut tapi tegas. Kemudian tawarkan bantuan apa yang diinginkan yang menjadi penyebab kemarahan dan teriakannya, serta memberikan arahan tentang perilaku yang baik. Arahan yang bisa memberikan dampak paling besar adalah yang disampaikan dengan lembut.
Ketika orangtua memberikan petunjuk dengan nada yang tenang tapi tegas, maka biasanya anak akan lebih mendengarkan dan mengikutinya. Semakin lemah lembut kata-kata yang digunakan, maka ini akan semakin memiliki dampak yang besar bagi anak. Ia akan merasa bahwa orangtuanya benar-benar serius akan hal tersebut dan langsung mengikutinya.
- Buat kesepakatan bersama
Tidak ada aturan yang jelas biasanya membuat anak merasa bebas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Semakin Anda marah dan mengancamnya, maka anak seusia ini tidak akan memahami arti amarah Anda. Ia akan semakin marah dan berakhir dengan berteriak-teriak. Oleh karena itu, Anda perlu membuat aturan yang disepakati bersama seperti jam tidur dan durasi menonton televisi. Ajak anak untuk berkontribusi dalam membuat peraturan tersebut.
- Ajarkan tentang konsekuensi atau sebab akibat
Mengajarkan tentang konsekuensi dari sebuah tindakan, aatu sebab dan akibat sejak dini sangat penting. Misalnya anak berteriak pada orangtua karena kesal, katakan jika Anda berteriak padanya apakah ia akan merasa sedih ? Hal ini akan membuat anak mengerti bahwa perbuatannya akan menyakiti dan membuat orang lain sedih. Diharapkan ia tidak akan mengulanginya lagi.
- Eratkan hubungan dengan anak
Disiplin pada anak akan semakin mudah ketika Anda membangun kedekatan dengannya. Tidak hanya membuat anak semakin dicintai, tetapi kedekatan orangtua dan anak juga akan membuat anak lebih menghormati orangtua.
Anak yang dekat dengan orangtua akan lebih mudah memahami keinginan Anda dan tahu mana yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Meluangkan waktu untuk berbincang dnegan anak juga menjadi salah satu cara yang bisa mengeratkan hubungan dengan anak.
Bersikaplah tenang dan optimis bahwa fase berteriak ini pasti akan dapat berlalu seiring dengan bertambahnya usia dan kematangan berkomunikasi anak serta bimbingan yang telah dilakukan. Hal ini diperlukan agar orangtua dapat bersikap semangat untuk terus memperlakukan anak secara bijaksana, sabar, dan telaten dalam menghadapi anak.
Berikan aktivitas lain yang bisa mengalihkan keinginan anak untuk berteriak-teriak. Misalnya dengan mengajaknya bernyanyi, bermain bisik-bisikan/nada suara rendah, bermain dengan membaca gerak bibir dan mimik wajah, meniru bunyi binatang, dan lain sebagainya.
Berikan umpan balik positif dengan segera, jika anak bisa berbicara tanpa berteriak. Seperti memberikan pujian atau ucapan terimakasih karena sudah membuat Anda tidak merasa terganggu.
By Sri Maryati - Ibu Dan Anak Kamis, 22 Maret 2018 11:39:00