Mengetahui dan Mewaspadai Amuba Pemakan Otak Naegleria Fowleri
Pada pertengahan Juli tahun 2016 lalu, seorang gadis berusia 18 tahun dikabarkan meninggal dunia akibat infeksi amuba pemakan otak ketika melakukan olahraga arung jeram di North Carolina, Amerika Serikat. PEtugas kesehatan masih melakukan investigasi namun diduga kuat ia terpapar ketika rakitnya terbalik.
Baru-baru ini hal yang sama juga dalami oleh Fabrizio Stabile. Ia merasakan sakit kepala yang tak terhankan ketika sedang memotong rumput di halaman rumahnya pada hari Minggu (16/9/2018). Ia kemudian memutuskan untuk tidur setelah minum obat agar badannya kembali sehat. Namun, sakit kepala yang ia alamai tidak kunjung mereda hingga hari Senin (17/9/2018).
Bukannya membaik, kondisi Fabrizio justru semakin memburuk. Ia mengalami kesulitan untuk bangun dari tempat tidur dan kesulitan berbicara dengan baik. Setelah dilakukan observasi, dokter menduga jika Fabrizio mengidap meningitis karena bakteri, pasalnya ia menunjukkan gejala demam dan pembengkakan otak.
Kemudian Fabrizio diberikan pengobatan yang sesuai, namun tubuhnya tidak memberikan respons. Di sisi lain, tes darah untuk mengetahui jenis penyakit akibat virus dan bakteri yang menyerang Fabrizio sering menunjukkan hasil negatif.
Pihak kelugarga dan rumah sakit akhirnya mengetahui jika laki-laki tersebut positif terinfeksi amuba pemakan otak Naegleria fowleri pada Kamis, (20/9/2018). Namun, nyawa Fabrizio tidak bisa tertolong karena ia dinyatakan mengalami mati otak pada Jumat (21/9/2018).
Apa itu amuba pemakan otak Naegleria fowleri?
Naegleria fowleri adalah organisme bersel satu yang hidup di perairan hangat seperti danau, sungai, dan sumber air panas dan tanah. Associate Parasitologi University of Nottingham, menyebutkan jika parasit ini bisa menyebabkan peradangan otak parah yang disebut dengan meningoencephalitis amebic primer. Karena organisme ini mampu menghancurkan jaringan otak, kemudian ia dijuluki sebagai amuba pemakan otak.
Naegleria fowleri menginfeksi manusia melalui air yang terhisap oleh hidung ketika menyelam di perairan hangat seperti danau atau sungai. Pada beberapa kasus, amuba ini juga bisa masuk ke dalam tubuh melalui air yang terhirup saat berenang di kolam renang yang minim zat klorin.
Tidak hanya itu, aktivitas keagamaan yang mensyaratkan pembersihan hidung menggunakan air juga bisa menyebabkan Naegleria fowleri. Namun, manusia tidak akan terinfeksi Naegleria fowleri melalui aktivitas konsumsi minuman yang airnya telah terkontaminasi.
Jika amuba Naegleria fowleri menginfeksi manusia, maka tubuh akan menunjukkan beberapa gejala. Gejala infeksi ini dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu pertama penderita akan mengalami sakit kepala yang parah, demam, mual, dan muntah. Jika infeksi tersebut tidak diintervensi dengan obat maka gejala seperti leher terasa kaku, kejang, berhalusinasi, serta mengalami koma akan terjadi.
Gejala tersebut hampir sama dengan meningitis akibat bakteri, sehingga tak jarang dokter kesulitan mendiagnosis meningoencephalitis atau radang otak parah akibat Naegleria fowleri.
Walaupun kasus infeksi Naegleria fowleri ini jarang terjadi, namun mengetahui langkap pencegahan amuba jenis ini sangat pentig. Ahli epidemiologi dari Centers dor Disease Control and Prevention menyebutkan bahwa beberapa cara seperti menutup hidung atau menggunakan klip hidung ketika berenang bisa membantu mencegah masuknya Naegleria fowleri ke dalam tubuh.
Selain itu, berenang sambil tidak mengaduk sedimen di dasar kolam atau danau dan menjaga agar kepala tetap di atas permukaan air juga bisa menghindari infeksi amuba Naegleria fowleri.
Penyakit ini memang tidak akan menular dari orang ke orang, namun mayoritas penderitanya akan meninggal dunia, biasanya dalam waktu satu minggu, meskipun mereka telah melakukan pengobatan. Maka dari itu, sangat penting untuk selalu melakukan langkah pencegahan yang telah disebutkan diatas. Semoga bermanfaat.
By Sri Maryati - Kesehatan Rabu, 17 Oktober 2018 09:00:25