Diagnosis Dan Penanganan Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik harus segera mendapatkan penanganan. Biasanya selain menanyakan kondisi kesehatan secara umum penderita, dokter juga akan mengadakan pemeriksaan fisik pada bagian rongga panggul. Tapi diagnosa kehamilan ektopik juga tidak bisa dilakukan dengan pemeriksaan fisik saja, dokter juga perlu melakukan USG dan tes darah untuk memastikannya.
USG Transvaginal merupakan metode USG yang paling akurat untuk memeriksa kehamilan ektopik ini. Prosedur tersebut akan mengonfirmasi lokasi kehamian ektopik sekaligus melihat atau mendeteksi detak jantung janin.
Jika lokasi kehamilan ektopik tidak dapat diketahui oleh pemeriksaan USG dan kondisi Anda masih stabil, biasanya dilakukan tes darah. Tes tersebut bertujuan untuk mendeteksi hormon h CG (Human Chorionic Gonadotropin), hormon tersebut diproduksi plasenta selama masa awal kehamilan.
Jaringan etopik harus diangkat untuk menghindari komplikasi yang dapat berakibat fatal, karena sel telur yang telah dibuahi tidak bisa tumbuh dengan normal jika bukan dalam rahim. Mendeteksi kehamilan ektopik sedari dini sangat diperlukan, agar bisa segera ditangani. Biasanya kehamilan ektopik yang timbul tanpa adanya rasa nyeri dan tidak ada janin yang berkembang secara normal dalam rahim, akan ditangani dengan suntikan methorexate. Obat tersebut akan menghentikan pertumbuhan sekaligus menghancurkan sel-sel yang sudah dibentuk.
Dokter akan terus memantau kadar hCG pasien yang sudah menerima suntikan. Jika kadar tersebut tinggi, pasien terindikasi untuk mendapatkan suntikan lagi. Efek samping dari obat tersebut adalah terjadinya, mual, muntah, dan gangguan hati.
Kehamilan ektopik juga bisa ditangani dengan melakukan proses operasi. Proses tersebut biasanya dilakuan melalui lubang kunci atau laparoskopi. Jika memungkinkan jaringan ektopik akan diperbaiki. Oleh sebab itu diagnosis dan hasil tes yang tepat akan sangat membantu dalam penanganan kehamilan ini. Wanita yang mengalami kehamilan ektopik kemungkinan 80 persen dapat pulih dengan melakukan terapi obat atau prosedur laparoskopi tanpa harus mengangkat tuba falopi.
Diagnosis yang tidak tepat, dan penanganan yang telat akan menimbulkan pendarahan yang hebat dan bahkan terjadi kematian karena tuba falopi atau rahimnya sobek. Jika penderita mengalami kondisi tersebut, harus segera dilakukan operasi darurat melalui bedah terbuka. Tuba falopi dapat juga diperbaiki, walaupun pada umumnya diangkat. Proses operasi juga memiliki risiko tersendiri seperti terjadinya pendarahan, infeksi, serta kerusakan pada organ-organ disekitar bagian yang dioperasi.
Kehamilan ektopik tidak sepenuhnya dapat dicegah, namun Anda bisa menurunkan ringkat risikonya dengan menghindari atau mengurangi faktor tertentu. Misalnya dengan melakukan pemeriksaan tes darah dan USG sebagai pendeteksian awal, atau memantau perkembangan kehamilan, khususnya bagi wanita yang sebelumnya pernah mengalami kehamilan ektopik juga.
By Rizka Ardiana - Ibu Hamil Kamis, 03 November 2016 09:04:59